Minggu, 03 April 2011

Penicillium notatum


Penicillium notatum merupakan salah satu fungi (jamur) yang berasal dari kelas Deuteromycetes. Secara umum Penicillium dapat tumbuh di mana-mana di alam, beberapa diantaranya dapat menyebabkan pembusukan atau kerusakan lain pada buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan rumput-rumputan. Jamur ini berbeda dengan Aspergillus terutama pada pendukung konidianya. Pada Penicillium terdapat pendukung konidia yang bercabang-cabang, tersusun sedemikian rupa sehingga bentuknya seperti susunan sapu lidi. Cabang-cabang kecil dari pendukung konidia disebut sterigma. Ditinjau dari segi ekonomi, Penicillium juga penting artinya bagi kehidupan manusia karena banyak digunakan dalam praktek, misalnya Penicillium regouforti dan Penicillium camemberti merupakan odonan yang dapat meningkatkan mutu keju.
Penicillium banyak terdapat pada bahan bahan organic dan sebagai sapporofit , misalnya sebagai berikut:
1.  Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum penghasil zat antibiotic.
2. Penicillium camneberti dan Penicillium reguefort, dimafaatkan untuk meningkatkan kualitas keju.
3.  Penicillium itanicum, dan Penicillium digitatum perusak buah jeruk.
4.  Penicillium ekspansum, menyebabkan buah apel membusuk ditempat penyimpanan.
5. Penicillium islandicum, merusak beras sehingga berubah warna sehingga menjadi kuning.

Jamur juga berguna dalam industri susu. Enzim katalase, protease, dan lactase yang berasal dari kedua jenis mikroba itu dapat mengurangi residu H2O2 dari susu (rangkaian dari sterilisasi susu dengan H2O2). Dengan adanya enzim itu, produk-produk seperti konsentrat susu segar, konsentrat whey (air dadih), dan es krim dapat tercipta. Enzim pektinase yang berasal dari jamur juga dapat dimanfaatkan dalam industri jus buah dalam kemasan. Dengan adanya enzim itu, jus buah kemasan dapat tercegah dari kekeruhan dan pengentalan.

Selain dalam industri makanan, mikroba juga berperan dalam industri farmasi atau obat-obatan, seperti pembuatan antibiotik. Antibiotik penisilin yang berasal dari jamur Penicilium notatum yang ditemukan oleh Alexander Fleming telah membuka mata dunia tentang manfaat mikroba.

Antibiotik diproduksi dengan cara bioproses. Mikroba yang terkandung akan diberikan kondisi optimum untuk produksi antibiotik dalam jumlah besar. Antibiotik yang tercipta mampu menyelamatkan berjuta-juta nyawa manusia dari serangan bakteri patogen. Namun, pemberian antibiotik harus hati-hati. Pasalnya, jika asupan antibiotik kurang tepat maka bakteri patogen justru akan menjadi lebih ganas.

Penicillium notatum sebagai penghasil antibiotik penisilin
Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal.
Pada tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu Penisilin yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan Penisilin lebih banyak.
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin alam dan Penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia Penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin.
Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga Penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang aktivitasnya bila dipengaruhi enzim Betalaktamase (Penisilinase) yang memecah cincin Betalaktam.

  1. Aktivitas dan Mekanisme Kerja Penisilin
Penisilin menghambat pembentukan Mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik (menghambat perkembangan).
Oleh karenanya penting untuk menghabiskan antibiotika yang diresepkan dokter anda.
2.      Efek Samping Penisilin
o    Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan reaksi alergi sistemik yang serius.
    • Nyeri tenggorokan atau lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah, diare.
    • Mudah marah, halusinasi, kejang
  1. Sediaan dari Penisilin
Antibiotika golongan penisilin yang beredar di pasaran untuk penggunaan oral adalah :
o    Amoksisilin dan campurannya (asam klavulamat)
§  Bentuk tablet atau kapsul dengan kandungan Amoksisilin 250mg, 500 mg dan 875 mg. Agar Amoksisilin tidak rusak oleh asam lambung, Amoksisilin ada yang dikombinasi dengan asam Klavulamat 125 mg. Untuk sediaan ini tidak boleh dibagi/diracik karena kandungan optimum Asam Klavulamat untuk bentuk sediaan tablet 125 mg.
§  Bentuk sediaan sirup dengan kandungan Amoksisilin 125 dan 250 mg / 5 ml. Bila dikombinasi dengan Asam Kavulamat, 31,25 mg Asam Klavulamat dan 125 mg Amoksisilin atau 62,5 mg Asam Klavulamat dan 250 mg Amoksisilin.
§  Untuk sediaan injeksi biasa dalam bentuk vial 1.000 mg, dengan kombinasi Asam Klavulamat 200 mg.
o    Ampisilin
§  Bentuk sediaan kapsul atau tablet dengan kandungan 250mg, 500mg atau 1000mg
§  Bentuk sediaan sirup dengan kandungan 125 mg atau 250 mg/5 ml sirup.
§  Untuk sediaan injeksi biasa dalam bentuk vial dengan kandungan 200 mg, 500 mg dan 1.000 mg Ampisilin. Dan ada kombinasi 1.000 mg Ampisilin dan 500 mg Sulbactam atau 500 mg Ampisilin dan 250 mg Sulbactam
o    Flucloxacilin
Di pasaran terdapat dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg zat aktif juga dalam bentuk sirup dengan kandungan zat aktif 125 mg / 5 ml.
o    Cloxacilin
Di pasaran terdapat dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250mg dan 500mg zat aktif juga dalam bentuk vial dengan kandungan zat aktif 250mg, 500mg dan 1000 mg /vial
o    Piperacilin
Di pasaran terdapat dalam kombinasi; 4 gram Piperacilin dengan 500 mg Tazobactam dalam bentuk vial.
o    Sulbenicilin
Di pasaran terdapat dalam bentuk vial dengan kandungan 1 gram dan 2 gram zat aktif.
o    Derivat penisilin lainnya
Seperti Phenoxymethyl Penicillin dan Benzathine Penicillin dalam bentuk vial untuk pemakaian injeksi.
  1. Penggunaan Klinik
    • Infeksi kuman gram positif
Kuman dalam bentuk kokus seperti Pneumonia, Meningitis, Endokarditis, Otitis Media akut dan Mastoiditis, juga infeksi Stafilokokus.
Kuman dalam bentuk batang seperti Difteria, Klostridia, Antraks, Listeria, Erisipeloid.
    • Infeksi kuman gram negatif
Kuman dalam bentuk kokus seperti infeksi Meningokokus, Gonore, infeksi Gonokokus di ekstragenital, juga Sifilis.
Kuman dalam bentuk batang seperti pada infeksi Salmonella dan Shigelia, Haemophilus influenzae, P. multocida.
Hal yang perlu diperhatikan sewaktu menggunakan antibiotika Penisilin :
  • Amati tanda-tanda alergi Penisilin, seperti ruam atau gatal, yang timbul dalam waktu 20 menit (atau setelah beberapa hari). Waspadalah terutama bila terjadi kesulitan bernafas, rasa tercekik, pusing, cemas, lemah, dan berkeringat. Laporkan segera pada dokter gejala-gejala tersebut.
  • Minumlah semua obat anda, walaupun anda sudah merasa sembuh, menghentikan pengobatan lebih awal dapat menyebabkan kekambuhan.
  • Jika anda lupa minum obat satu dosis, minumlah segera mungkin. Lalu jarak minum dosis obat yang tersisa pada hari itu diperpendek semuanya untuk memperbaiki dosis yang terlupa. Penisilin bekerja efektif bila kadar Penisilin dalam tubuh anda tetap.
  • Hindari makanan yang asam (jeruk asam, vitamin c) yang akan mengurangi keefektifan Penisilin.
  • Hubungi dokter anda jika gejala-gejala penyakit anda tidak membaik dalam waktu beberapa hari setelah menggunakan Penisilin.
Sumber : Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1995.
Penemu Penisilin

Alexander Fleming 6 Agustus 1881 - 11 Maret 1955
Penicillin (penisilin)
Sir Alexander Fleming adalah orang yang dikenal sebagai penemu penisilin (antibiotik untuk melawan bakteri).
Lahir di daerah pertanian Lochfield dekat Darvel, Skotlandia. Dia adalah anak ketiga dari empat orang bersaudara dan mempunyai empat orang saudara tiri lagi.
Fleming bersekolah di Loudoun Moor School dan Darvel School, kemudian selama dua tahun dia bersekolah di Kilmarnock Academy. Setelah bekerja di kantor jasa pengiriman selama empat tahun, Fleming yang berumur 20 tahun saat itu mewarisi sebagian harta dari pamannya. Kakak Fleming yang waktu itu adalah seorang dokter menyarankan agar adiknya mengikuti jejak karirnya, sehingga pada tahun 1901 Alexander Fleming kemudian mendaftarkan diri di Rumah Sakit St. Mary's, London. Dia kemudian mendapatkan kualifikasi khusus untuk bersekolah di tahun 1906 dengan pilihan menjadi ahli bedah.
Alexander Fleming sendiri terkenal karena dia merupakan ahli peneliti yang sangat pandai, tetapi ceroboh dan laboratoriumnya sendiri sering terlihat berantakan. Tahun 1928, setelah pulang dari liburan panjang, Fleming baru teringat akan bakteri-bakteri dipiringan laboratorium lupa di simpan baik-baik, dan telah terkontaminasi dengan sejenis jamur. Beberapa piring laboratorium yang berisikan bakteri di buang, tetapi kemudian Fleming memperhatikan bahwa perkembangan bakteri pada daerah yang terkontaminasi oleh jamur tersebut menjadi terhambat. Fleming kemudian mengambil sampel contoh dari jamur tersebut dan menelitinya, dia menemukan bahwa jamur tersebut berasal dari genus Penicillium. Inilah sebabnya mengapa obat tersebut bernama penicillin atau penisilin (Indonesia).
Penemuan Fleming pada September 1928 menandai abad baru dalam dunia antibiotik modern. Fleming juga menemukan bahwa bakteri sendiri dapat mengembangkan resistansi dan daya tahan terhadap penisilin apabila penisilin yang digunakan sebagai antibiotik terlalu sedikit dan digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
Karena penisilin waktu itu sangat sukar untuk dikembangkan, Fleming putus asa untuk mengembangkan antibiotik tersebut. Segera setelah Fleming tidak lagi mengembangkan penisilin, Howard Florey dan Ernst Chain mengambil alih pengembangan tersebut dan melakukan produksi besar-besaran dengan bantuan dana dari pemerintah Amerika dan Inggris.
Norman Heatley menyarankan bahwa dengan mentransfer bahan aktif penisilin kembali ke air dan mengubah tingkat asam-nya, akan cukup untuk memproduksi obat-obatan yang dapat dipakai untuk percobaan pada binatang.
Timbul satu pendapat bahwa "Tanpa Fleming, tidak ada Chain, tanpa Chain, tidak ada Florey, tanpa Florey, tidak ada Heatley, tanpa Heatley, tidak ada Penisilin." 

DAFTAR PUSTAKA
Darto, Si Renik yang Besar Manfaat, http://www.koran-jakarta.com/ver02/detail-news.php?id=4606&&idkat=43
 Indra,(2009), Daya Kerja Antimikroba Dan Oligodinamik, http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-8-daya-kerja-antimikroba-dan.html
Junaidi, W., (2009), Antibiotik, http://chemeng-one-junaidi.blogspot.com
Tjitrosoepomo, G., (2005), Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta, UGM Press; Yogyakarta
 Tarigan, J., (1988), Pengantar Mikrobiologi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Jakarta

Sabtu, 02 April 2011

EVOLUSI DALAM 'SEJARAH' BIOLOGI


A.    SEJARAH SINGKAT TEORI EVOLUSI
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Mayoritas filsuf penganut pagan di zaman Yunani kuno mempertahankan gagasan evolusi. Jika kita mengamati sejarah filsafat, kita akan melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak filsafat pagan.
Akan tetapi bukan filsafat pagan kuno ini yang telah berperan penting dalam kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan modern, melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada umumnya mereka yang memelopori ilmu pengetahuan modern mempercayai keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan, mereka berusaha menyingkap rahasia jagat raya yang telah diciptakan Tuhan dan mengungkap hukum-hukum dan detail-detail dalam ciptaan-Nya. Ahli Astronomi seperti Leonardo da Vinci, Copernicus, Keppler dan Galileo; bapak paleontologi, Cuvier; perintis botani dan zoologi, Linnaeus; dan Isaac Newton, yang dijuluki sebagai "ilmuwan terbesar yang pernah ada", semua mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak hanya meyakini keberadaan Tuhan, tetapi juga bahwa keseluruhan alam semesta adalah hasil ciptaan-Nya. Albert Einstein, yang dianggap sebagai orang paling jenius di zaman kita, adalah seorang ilmuwan yang mempercayai Tuhan dan menyatakan, "Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam seperti itu. Ibaratnya: ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang."
Salah seorang pendiri fisika modern, dokter asal Jerman, Max Planck mengatakan bahwa setiap orang, yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh, akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata: "Berimanlah". Keimanan adalah atribut penting seorang ilmuwan.
Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafatfilsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Akan tetapi, akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia ini, memunculkan "teori evolusi" di pertengahan abad ke-19.
Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini, adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin. Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat.
Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi terhadap lingkungan". Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek mo-yang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.
Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun; tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. (Asal usul "sifat-sifat yang menguntungkan" ini belum diketahui pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini.
Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya pada bab "Difficulties of the Theory". Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru; tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan yang sangat tidak memadai untuk sebagian kesulitan tersebut. Seorang ahli fisika Amerika, Lipson, mengomentari "kesulitan-kesulitan" Darwin tersebut: Ketika membaca The Origin of Species, saya mendapati bahwa Darwin sendiri tidak seyakin yang sering dikatakan orang tentangnya; bab "Difficulties of the Theory" misalnya, menunjukkan keragu-raguannya yang cukup besar.
Sebagai seorang fisikawan, saya secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya mengenai bagaimana mata terbentuk. Saat menyusun teorinya, Darwin terkesan oleh para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang ahli biologi Perancis, Lamarck. Menurut Lamarck, makhluk hidup mewariskan ciri-ciri yang mereka dapatkan selama hidupnya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai contoh, jerapah berevolusi dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan itu terjadi dengan memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi ketika berusaha menjangkau dahan yang lebih tinggi untuk memperoleh makanan. Darwin menggunakan hipotesis Lamarck tentang "pewarisan sifat-sifat yang diperoleh" sebagai faktor yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
Namun Darwin dan Lamarck telah keliru, sebab pada masa mereka, kehidupan hanya dapat dipelajari dengan teknologi yang sangat primitif dan pada tahap yang sangat tidak memadai. Bidang-bidang ilmu pengetahuan seperti genetika dan biokimia belum ada sekalipun hanya nama. Karenanya, teori mereka harus bergantung sepenuhnya pada kekuatan imajinasi.
Di saat gema buku Darwin tengah berkumandang, seorang ahli botani Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.
Perkembangan ini seharusnya membuat teori Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun ini tidak terjadi, karena ada kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merevisi, memperbarui dan mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah. Kita dapat memahami maksud upaya-upaya tersebut hanya jika menyadari bahwa di belakang teori ini terdapat tujuan ideologis, bukan sekadar kepentingan ilmiah. 
B. TEORI EVOLUSI
Teori evolusi menyatakan bahwa semua makhluk hidup yang beraneka ragam berasal dari satu nenek moyang yang sama. Menurut teori ini, kemunculan makhluk hidup yang begitu beragam terjadi melalui variasi-variasi kecil dan bertahap dalam rentang waktu yang sangat lama. Teori ini menyatakan bahwa awalnya makhluk hidup bersel satu terbentuk. Selama ratusan juta tahun kemudian, makhluk bersel satu ini berubah menjadi ikan dan hewan invertebrata (tak bertulang belakang) yang hidup di laut. Ikan-ikan ini kemudian diduga muncul ke daratan dan berubah menjadi reptil. Dongeng ini pun terus berlanjut, dan seterusnya sampai pada pernyataan bahwa burung dan mamalia berevolusi dari reptil.
Seandainya pendapat ini benar, mestinya terdapat sejumlah besar “spesies peralihan” (juga disebut sebagai spesies antara, atau spesies mata rantai) yang menghubungkan satu spesies dengan spesies yang lain yang menjadi nenek moyangnya. Misalnya, jika reptil benar-benar telah berevolusi menjadi burung, maka makhluk separuh-burung separuh-reptil dengan jumlah berlimpah mestinya pernah hidup di masa lalu. Di samping itu, makhluk peralihan ini mestinya memiliki organ dengan bentuk yang belum sempurna atau tidak lengkap. Darwin menamakan makhluk dugaan ini sebagai “bentuk-bentuk peralihan antara”.
Skenario evolusi juga mengatakan bahwa ikan, yang berevolusi dari invertebrata, di kemudian hari merubah diri mereka sendiri menjadi amfibi yang dapat hidup di darat. (Amfibi adalah hewan yang dapat hidup di darat dan di air, seperti katak). Tapi, sebagaimana yang ada dalam benak Anda, skenario ini pun tidak memiliki bukti. Tak satu fosil pun yang menunjukkan makhluk separuh ikan separuh amfibi pernah ada.Dia saat mengemukakan teori ini, ia tidak dapat menunjukkan bukti-bukti fosil bentuk peralihan ini. Dengan kata lain, Darwin sekedar menyampaikan dugaan yang tanpa disertai bukti.

C.     BANTAHAN TEORI EVOLUSI

COELACANTH TERNYATA MASIH HIDUP
Hingga 70 tahun yang lalu, evolusionis mempunyai fosil ikan yang mereka yakini sebagai "nenek moyang hewan-hewan darat". Namun, perkembangan ilmu pengetahuan meruntuhkan seluruh pernyataan evolusionis tentang ikan ini. Ketiadaan fosil bentuk peralihan antara ikan dan amfibi adalah fakta yang juga diakui oleh para evolusionis hingga kini. Namun, sampai sekitar 70 tahun yang lalu, fosil ikan yang disebut coelacanth diterima sebagai bentuk peralihan antara ikan dan hewan darat. Evolusionis menyatakan bahwa coelacanth, yang diperkirakan berumur 410 juta tahun, adalah bentuk peralihan yang memiliki paru-paru primitif, otak yang telah berkembang, sistem pencernaan dan peredaran darah yang siap untuk berfungsi di darat, dan bahkan mekanisme berjalan yang primitif. Penafsiran evolusi ini diterima sebagai kebenaran yang tak perlu diperdebatkan lagi di dunia ilmiah hingga akhir tahun 1930-an.
Namun, pada tanggal 22 Desember 1938, penemuan yang sangat menarik terjadi di Samudra Hindia. Seekor ikan dari famili coelacanth, yang sebelumnya diajukan sebagai bentuk peralihan yang telah punah 70 juta tahun yang lalu, berhasil ditangkap hidup-hidup! Tak diragukan lagi, penemuan ikan coelacanth "hidup" ini memberikan pukulan hebat bagi para evolusionis. Ahli paleontologi evolusionis, J. L. B. Smith, mengatakan ia tidak akan terkejut lagi jika bertemu dengan seekor dinosaurus yang masih hidup. (Jean-Jacques Hublin, The Hamlyn Encyclopædia of Prehistoric Animals, New York: The Hamlyn Publishing Group Ltd., 1984, hal. 120). Pada tahun-tahun berikutnya, 200 ekor coelacanth berhasil ditangkap di berbagai tempat berbeda di seluruh dunia.
Keberadaan coelacanth yang masih hidup mengungkapkan sejauh mana evolusionis dapat mengarang skenario khayalan mereka. Bertentangan dengan pernyataan mereka, coelacanth ternyata tidak memiliki paru-paru primitif dan tidak pula otak yang besar. Organ yang dianggap oleh peneliti evolusionis sebagai paru-paru primitif ternyata hanyalah kantung lemak. (Jacques Millot, "The Coelacanth", Scientific American, Vol 193, December 1955, hal. 39). Terlebih lagi, coelacanth, yang dikatakan sebagai "calon reptil yang sedang bersiap meninggalkan lautan untuk menuju daratan", pada kenyataannya adalah ikan yang hidup di dasar samudra dan tidak pernah mendekati rentang kedalaman 180 meter dari permukaan laut. (Bilim ve Teknik (Science and Technology), November 1998, No. 372, hal. 21).
 
MANUSIA BERAHANG KERA
Tengkorak Manusia Piltdown dikemukakan kepada dunia selama lebih dari 40 tahun sebagai bukti terpenting terjadinya "evolusi manusia". Akan tetapi, tengkorak ini ternyata hanyalah sebuah kebohongan ilmiah terbesar dalam sejarah.
Pada tahun 1912, seorang dokter terkenal yang juga ilmuwan paleoantropologi amatir, Charles Dawson, menyatakan dirinya telah menemukan satu tulang rahang dan satu fragmen tengkorak dalam sebuah lubang di Piltdown, Inggris. Meskipun tulang rahangnya lebih menyerupai kera, gigi dan tengkoraknya menyerupai manusia. Spesimen ini diberi nama "Manusia Piltdwon". Fosil ini diyakini berumur 500.000 tahun, dan dipamerkan di berbagai museum sebagai bukti nyata evolusi manusia. Selama lebih dari 40 tahun, banyak artikel ilmiah telah ditulis tentang "Manusia Piltdown", sejumlah besar penafsiran dan gambar telah dibuat, dan fosil ini diperlihatkan sebagai bukti penting evolusi manusia. Tidak kurang dari 500 tesis doktoral telah ditulis tentang masalah ini. (Malcolm Muggeridge, The End of Christendom, Grand Rapids, Eerdmans, 1980, hal. 59.)
Pada tahun 1949, Kenneth Oakley dari departemen paleontologi British Museum mencoba melakukan "uji fluorin", sebuah cara uji baru untuk menentukan umur sejumlah fosil kuno. Pengujian dilakukan pada fosil Manusia Piltdown. Hasilnya sungguh mengejutkan. Selama pengujian, diketahui ternyata tulang rahang Manusia Piltdown tidak mengandung fluorin sedikit pun. Ini menunjukkan tulang tersebut telah terkubur tak lebih dari beberapa tahun yang lalu. Sedangkan tengkoraknya, yang mengandung sejumlah kecil fluorin, menunjukkan umurnya hanya beberapa ribu tahun.
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa Manusia Piltdown merupakan penipuan ilmiah terbesar dalam sejarah. Ini adalah tengkorak buatan; tempurungnya berasal dari seorang lelaki yang hidup 500 tahun yang lalu, dan tulang rahangnya adalah milik seekor kera yang belum lama mati! Kemudian gigi-giginya disusun dengan rapi dan ditambahkan pada rahang tersebut, dan persendi-annya diisi agar menyerupai pada manusia. Kemudian seluruh bagian ini diwarnai dengan potasium dikromat untuk memberinya penampakan kuno.
Le Gros Clark, salah seorang anggota tim yang mengungkap pemalsuan ini, tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya dan mengatakan: "bukti-bukti abrasi tiruan segera tampak di depan mata. Ini terlihat sangat jelas sehingga perlu dipertanyakan - bagaimana hal ini dapat luput dari penglihatan sebelumnya?" (Stephen Jay Gould, "Smith Woodward's Folly", New Scientist, 5 April 1979, hal. 44) Ketika kenyataan ini terungkap, "Manusia Piltdown" dengan segera dikeluarkan dari British Museum yang telah memamerkannya selama lebih dari 40 tahun.
Skandal Piltdown dengan jelas memperlihat-kan bahwa tidak ada yang dapat menghentikan para evolusionis dalam rangka membuktikan teori-teori mereka. Bahkan, skandal ini menunjukkan para evolusionis tidak memiliki penemuan apa pun yang mendukung teori mereka. Karena mereka tidak memiliki bukti apa pun, mereka memilih untuk membuatnya sendiri.

KEKELIRUAN PEMIKIRAN TENTANG REKAPITULASI
Teori Haeckel ini menganggap bahwa embrio hidup mengalami ulangan proses evolusi seperti yang dialami moyang-palsunya. Haeckel berteori bahwa selama perkembangan di dalam rahim ibunya, embrio manusia kali pertama memperlihatkan sifat-sifat seekor ikan, lalu reptil, dan akhirnya manusia.
Sejak itu telah dibuktikan bahwa teori ini sepenuhnya omong kosong. Kini telah diketahui bahwa “insang-insang” yang disangka muncul pada tahap-tahap awal embrio manusia ternyata adalah taraf-taraf awal saluran telinga dalam, kelenjar paratiroid, dan kelenjar gondok. Bagian embrio yang diserupakan dengan “kantung kuning telur” ternyata kantung yang menghasilkan darah bagi si janin. Bagian yang dikenali sebagai “ekor” oleh Haeckel dan para pengikutnya sebenarnya tulang belakang, yang mirip ekor hanya karena tumbuh mendahului kaki.
Inilah fakta-fakta yang diterima luas di dunia lmiah, dan bahkan telah diterima oleh para evolusionis sendiri. Dua pemimpin neo-Darwinis, George Gaylord Simpson dan W. Beck telah mengakui:
Haeckel keliru menyatakan azas evolusi yang terlibat. Kini telah benar-benar diyakini bahwa ontogeni tidak mengulangi filogeni
Segi menarik lain dari “rekapitulasi” adalah Ernst Haeckel sendiri, seorang pemalsu yang mereka-reka gambar-gambar demi mendukung teori yang diajukannya. Pemalsuan Haeckel bermaksud menunjukkan bahwa embrio-embrio ikan dan manusia mirip satu sama lain.
Pada terbitan 5 September 1997 majalah ilmiah Science, sebuah artikel diterbitkan yang mengungkapkan bahwa gambar-gambar embrio Haeckel adalah karya penipuan. Artikel berjudul “Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered” (Embrio-embrio Haeckel: Mengungkap Ulang Sebuah Penipuan) ini mengatakan:
Kesan yang dipancarkan [gambar-gambar Haeckel] itu, bahwa embrio-embrio persis serupa, adalah keliru, kata Michael Richardson, seorang ahli embriologi pada St. George’s Hospital Medical School di London. Maka, ia dan para sejawatnya melakukan penelitian perbandingan, memeriksa kembali dan memfoto embrio-embrio yang secara kasar sepadan spesies dan umurnya dengan yang dilukis Haeckel. Sim salabim dan perhatikan! Embrio-embrio “sering dengan mengejutkan tampak berbeda,” lapor Richardson dalam Anatomy and Embryology terbitan Agustus [1997].


Pada terbitan 5 September 1997, majalah terkemuka Science menyajikan sebuah artikel yang menyingkapkan bahwa gambar-gambar embrio milik Haeckel telah dipalsukan. Artikel ini menggambarkan bagaimana embrio-embrio sebenarnya sangat berbeda satu sama lain.
Penelitian di tahun-tahun terakhir telah menunjukkan bahwa embrio-embrio dari spesies yang berbeda tidak saling mirip, seperti yang ditunjukkan Haeckel. Perbedaan besar di antara embrio-embrio mamalia, reptil, dan kelelawar di atas adalah contoh nyata hal ini.
Science menjelaskan bahwa, demi menunjukkan bahwa embrio-embrio memiliki kemiripan, Haeckel sengaja menghilangkan beberapa organ dari gambar-gambarnya atau menambahkan organ-organ khayalan. Belakangan, di dalam artikel yang sama, informasi berikut ini diungkapkan:
Bukan hanya menambahkan atau mengurangi ciri-ciri, lapor Richardson dan para sejawatnya, namun Haeckel juga mengubah-ubah ukuran untuk membesar-besarkan kemiripan di antara spesies-spesies, bahkan ketika ada perbedaan 10 kali dalam ukuran. Haeckel mengaburkan perbedaan lebih jauh dengan lalai menamai spesies dalam banyak kesempatan, seakan satu wakil sudah cermat bagi keseluruhan kelompok hewan. Dalam kenyataannya, Richardson dan para sejawatnya mencatat, bahkan embrio-embrio hewan yang berkerabat dekat seperti ikan cukup beragam dalam penampakan dan urutan perkembangannya.
Artikel Science membahas bagaimana pengakuan-pengakuan Haeckel atas masalah ini ditutup-tutupi sejak awal abad ke-20, dan bagaimana gambar-gambar palsu ini mulai disajikan sebagai fakta ilmiah di dalam buku-buku acuan:
Pengakuan Haeckel lenyap setelah gambar-gambarnya kemudian digunakan dalam sebuah buku tahun 1901 berjudul Darwin and After Darwin (Darwin dan Sesudahnya) dan dicetak ulang secara luas di dalam buku-buku acuan biologi berbahasa Inggris. Singkatnya, fakta bahwa gambar-gambar Haeckel dipalsukan telah muncul di tahun 1901, tetapi seluruh dunia ilmu pengetahuan terus diperdaya olehnya selama satu abad.

TATKALA MANUSIA MENCARI NENEK MOYANGNYA
Walaupun para evolusionis tidak berhasil menemukan bukti ilmiah untuk mendukung teori mereka, mereka sangat berhasil dalam satu hal: propaganda. Unsur paling penting dari propaganda ini adalah gambar-gambar palsu dan bentuk tiruan yang dikenal dengan "rekonstruksi".

Rekonstruksi dapat diartikan sebagai membuat lukisan atau membangun model makhluk hidup berdasarkan satu potong tulang yang ditemukan dalam penggalian. "Manusia-manusia kera" yang kita lihat di koran, majalah atau film semuanya adalah rekonstruksi.
Ketika mereka tidak mampu menemukan makhluk "setengah manusia setengah kera" dalam catatan fosil, mereka memilih membohongi masyarakat dengan membuat gambar-gambar palsu.
Persis seperti pernyataan evolusionis yang lain tentang asal-usul makhluk hidup, pernyataan mereka tentang asal-usul manusia pun tidak memiliki landasan ilmiah. Berbagai penemuan menunjukkan bahwa "evolusi manusia" hanyalah dongeng belaka.
Darwin mengemukakan pernyataannya bahwa manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of Man yang terbit tahun 1971. Sejak saat itu, para pengikut Darwin telah berusaha untuk memperkuat kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah melakukan berbagai penelitian, pernyataan "evolusi manusia" belum pernah dilandasi oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya di bidang fosil.
Penemuan ini jelas menunjukkan pendapat tentang sifat-sifat perolehan yang terkumpul dari satu keturunan ke turunan berikutnya, sehingga memunculkan spesies baru, tidaklah mungkin. Dengan kata lain, mekanisme seleksi alam rumusan Darwin tidak berkemampuan mendorong terjadinya evolusi. Jadi, teori evolusi Darwin sesungguhnya telah ambruk sejak awal di abad ke-20 dengan ditemukannya ilmu genetika. Segala upaya lain dari para pendukung evolusi di abad ke-20 selalu gagal.
Teori evolusi menyatakan bahwa kelompok makhluk hidup yang berbeda-beda (filum) terbentuk dan berkembang dari satu nenek moyang bersama, dan berubah menjadi bentuk yang semakin berbeda satu sama lain seiring berlalunya waktu. Gambar paling atas menampilkan pernyataan ini, yang dapat digambarkan menyerupai proses percabangan pohon. Namun, fakta catatan fosil malah membuktikan kebalikannya. Sebagaimana diperlihatkan gambar paling bawah, beragam kelompok makhluk hidup muncul serentak dan tiba-tiba dengan ciri tubuh masing-masing yang khas. Sekitar 100 filum mendadak muncul di zaman Kambrium. Setelah itu, jumlah mereka menurun (karena punahnya sejumlah filum) , dan bukannya meningkat.

YANG TERSEMBUNYI DI BALIK PERCOBAAN MILLER
Penelitian yang paling diterima luas tentang asal usul kehidupan adalah percobaan yang dilakukan peneliti Amerika, Stanley Miller, di tahun 1953. (Percobaan ini juga dikenal sebagai “percobaan Urey-Miller” karena sumbangsih pembimbing Miller di University of Chicago, Harold Urey). Percobaan inilah satu-satunya “bukti” milik para evolusionis yang digunakan untuk membuktikan pendapat tentang “evolusi kimiawi”. Mereka mengemukakannya sebagai tahapan awal proses evolusi yang mereka yakini, yang akhirnya memunculkan kehidupan.
Melalui percobaan, Stanley Miller bertujuan membuktikan bahwa di bumi yang tak berkehidupan miliaran tahun lalu, asam amino, satuan molekul pembentuk protein, dapat terbentuk dengan sendirinya secara alamiah tanpa campur tangan sengaja apa pun di luar kekuatan alam. Dalam percobaannya, Miller menggunakan campuran gas yang ia yakini terdapat pada bumi purba (yang kemudian terbukti tidak tepat). Campuran ini terdiri dari gas amonia, metana, hidrogen, dan uap air. Karena gas-gas ini takkan saling bereaksi dalam lingkungan alamiah, ia menambahkan energi ke dalamnya untuk memicu reaksi antar gas-gas tersebut. Dengan beranggapan energi ini dapat berasal dari petir pada atmosfer purba, ia menggunakan arus listrik untuk tujuan tersebut.
Atmosfer purba yang Miller coba tiru dalam percobaannya tidaklah sesuai dengan kenyataan. Di tahun 1980-an, para ilmuwan sepakat bahwa seharusnya gas nitrogen dan karbon dioksidalah yang digunakan dalam lingkungan buatan itu dan bukan metana serta amonia.
Ilmuwan Amerika, J. P. Ferris dan C. T. Chen mengulangi percobaan Miller dengan menggunakan lingkungan atmosfer yang berisi karbon dioksida, hidrogen, nitrogen, dan uap air; dan mereka tidak mampu mendapatkan bahkan satu saja molekul asam amino. (J. P. Ferris, C. T. Chen, "Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water Mixture As a Model for the Atmosphere of the Primitive Earth," Journal of American Chemical Society, vol. 97:11, 1975, h. 2964.)
Terdapat sejumlah temuan yang menunjukkan bahwa kadar oksigen di atmosfer kala itu jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya dinyatakan para evolusionis. Berbagai penelitian juga menunjukkan, jumlah radiasi ultraviolet yang kala itu mengenai bumi adalah 10.000 lebih tinggi daripada perkiraan para evolusionis. Radiasi kuat ini dipastikan telah membebaskan oksigen dengan cara menguraikan uap air dan karbon dioksida di atmosfer.
Keadaan ini sama sekali bertentangan dengan percobaan Miller, di mana oksigen sama sekali diabaikan. Jika oksigen digunakan dalam percobaannya, metana akan teruraikan menjadi karbon dioksida dan air, dan amonia akan menjadi nitrogen dan air. Sebaliknya, di lingkungan bebas oksigen, takkan ada pula lapisan ozon; sehingga asam-asam amino akan segera rusak karena terkena sinar ultraviolet yang paling kuat tanpa perlindungan dari lapisan ozon. Dengan kata lain, dengan atau tanpa oksigen di bumi purba, hasilnya adalah lingkungan mematikan yang bersifat merusak bagi asam amino.
Anehnya, mengapa percobaan Miller masih saja dimuat di buku-buku pelajaran dan dianggap sebagai bukti penting asal usul kehidupan secara kimiawi? Ini sekali lagi menunjukkan betapa evolusi bukanlah teori ilmiah, melainkan keyakinan buta yang tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukkan hal sebaliknya.
Kalangan masyarakat awam adalah yang umumnya tidak mengetahui kenyataan ini, dan menganggap pernyataan evolusi manusia didukung oleh berbagai bukti kuat. Anggapan yang salah tersebut terjadi karena masalah ini seringkali dibahas di media masa dan disampaikan sebagai fakta yang telah terbukti. Tetapi mereka yang benar-benar ahli di bidang ini mengetahui bahwa kisah "evolusi manusia" tidak memiliki dasar ilmiah.

BANTAHAN TERHADAP DONGENG TENTANG ORGAN SISA
Dari Darwin hingga Dawkins, berulang-ulang, sikap dogmatis ini telah membuat evolusionis tersebut bersikukuh tentang keberadaan struktur cacat dan organ-organ sisa (vestigial) "yang tidak memuliki kegunaan", yang bersifat praduga, pada makhluk hidup. Namun, berkali-kali juga, pengakuan berani dari para evolusionis tersebut ternyata malah menjadi bukti ketidaktahuan mereka. Organ-organ sisa yang diduga [sia-sia] tersebut kemudian ditemukan memerankan fungsi sangat penting dan keseluruh pendapat mengenai "organ sisa" ternyata merupakan buah pikiran yang keliru.
Sejarah ilmu pengetahuan mencatat adanya penyusutan terus-menerus dalam jumlah organ-organ yang dianggap sisa ini (organ vestigial). Organ-organ yang diduga tidak memiliki fungsi tersebut, satu demi satu, ternyata merupakan organ-organ dengan fungsi yang belum ditemukan. Sebuah daftar organ-organ sisa yang dibuat oleh ahli anatomi Jerman, R. Wiedersheim pada tahun 1895 memuat sekitar 100 struktur, termasuk usus buntu dan tulang ekor. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, ditemukan bahwa semua organ dalam daftar Wiedersheim ternyata memiliki fungsi amat penting. Misalnya saja, telah ditemukan bahwa usus buntu, yang disangka "organ sisa", kenyataannya merupakan bagian dari sistem limfatik. Sebuah publikasi kedokteran pada tahun 1997 menyebutkan bahwa, "organ dan jaringan tubuh lainnya – thymus, hati, limpa, usus buntu, sumsum tulang, dan sejumlah kecil jaringan limfatik seperti amandel di tenggorokan dan bintik-bintik Peyer di dalam usus halus – juga merupakan bagian dari sistem limfatik. Sistem ini juga membantu tubuh melawan infeksi.
Telah ditemukan pula bahwa amandel, yang juga dimasukkan dalam daftar organ sisa yang disusun Wiedersheim, memiliki tugas penting dalam melindungi tenggorokan melawan infeksi, terutama hingga usia remaja. Telah ditemukan bahwa tulang ekor pada bagian bawah dari ruas tulang belakang menyangga tulang-tulang di sekitar panggul dan merupakan titik pertemuan dari beberapa otot kecil dan karenal alasan ini, tidaklah mungkin untuk duduk nyaman tanpa tulang ekor.
Di tahun-tahun setelahnya, disadari bahwa thymus membangkitkan kerja sistem kekebalan di dalam tubuh manusia dengan memicu bekerjanya sel-sel T, bahwa kelenjar pineal bertugas mengeluarkan sejumlah hormon penting, bahwa kelenjar tiroid sangat berperan dalam menjaga pertumbuhan teratur pada bayi dan anak, dan bahwa kelenjar pituitari bertugas memastikan bekerjanya secara benar dari banyak kelenjar hormon. Semuanya ini awalnya sempat dianggap sebagai "organ sisa". Akhirnya kelopak mata, yang dianggap sebagai organ sisa oleh Darwin, diketahui ternyata bertugas membersihkan dan meminyaki mata.
Berkurangnya secara terus-menerus pada daftar organ sisa merupakan akibat dari kenyataan bahwa ini merupakan pendapat yang disebabkan karena ketidaktahuan. Sejumlah evolusionis yang lebih bijak juga menjadi sadar akan kenyataan ini. S. R. Scadding, ia sendiri seorang evolusionis, pernah menulis dalam artikelnya "Can vestigial organs constitute evidence for evolution?" [Dapatkah Organ-organ Sisa Menjadi Bukti bagi Evolusi] yang diterbitkan dalam jurnal Evolutionary Theory [Teori Evolusi]:
Dikarenakan tidak mungkin untuk secara pasti mengenali bentuk-bentuk tak berguna, dan dikarenakan rumusan pendapat yang digunakan secara ilmiah tidak dapat diterima, saya menyimpulkan bahwa "organ sisa" tidak dapat memberi bukti khusus bagi teori evolusi.
ORGAN SISA PADA KAKI KUDA
Bantahan terkini terhadap kisah tentang organ peninggalan datang dari sebuah penelitian terbaru tentang kaki kuda. Sebuah tulisan pada majalah Nature terbitan tanggal 20-27 Desember 2001, berjudul: "Biomechanics: Damper for Bad Vibrations" [Biomekanika: Peredam untuk Getaran yang Membahayakan], menyatakan bahwa, "Sejumlah serat otot pada kaki-kaki kuda tampak seperti sisa peninggalan evolusi tanpa kegunaan. Namun kenyataannya [serat-serat otot] tersebut mungkin berperan meredam getaran bersifat merusak yang muncul pada kaki ketika kuda berlari." Tulisan tersebut berbunyi:
Kuda dan unta memiliki otot-otot pada kaki-kaki mereka dengan tendon yang panjangnya melebihi 600 -milimeter dan terhubungkan dengan serat-serat otot yang panjangnya kurang dari 6 milimeter. Otot-otot pendek semacam itu dapat memanjang hanya sampai beberapa milimeter saja ketika sang hewan bergerak, dan tampaknya mustahil memiliki banyak kegunaan bagi mamalia besar. Tendon-tendon tersebut berfungsi sebagai pegas-diam, dan dianggap bahwa serat-serat otot pendek tersebut berlebih, sisa peninggalan dari serat-serat lebih panjang yang telah kehilangan perannya selama berlangsungnya peristiwa evolusi. Tetapi Wilson dan rekan-rekannya membantah... bahwa serat-serat ini mungkin melindungi tulang dan tendon dari getaran-getaran yang dapat merusak..

Percobaan-percobaan mereka menunjukkan bahwa serat-serat otot pendek dapat meredam getaran merusak yang muncul karena tumbukan kaki pada permukaan tanah. Ketika kaki seekor hewan yang sedang berlari menumbuk tanah, benturan tersebut mengakibatkan kaki bergetar; frekuensi getaran tersebut cukup tinggi – misalnya, 30-40 Hz pada kuda – pengulangan getaran akan terjadi berkali-kali ketika kaki sedang menginjak tanah jika tidak ada peredam.
Getaran tersebut berkemungkinan menyebabkan kerusakan, karena tulang dan tendon rentan terhadap kerusakan akibat kelelahan-berlebih. Kelelahan-berlebih pada tulang dan tendon merupakan kumpulan kerusakan akibat tegangan atau tekanan yang dikenakan berulang-ulang. Kelelahan-berlebih pada tulang adalah penyebab keretakan akibat tekanan atau tegangan yang diderita baik oleh olahragawan maupun kuda pacuan, dan kelelahan-berlebih pada tendon mungkin dapat menjelaskan setidaknya beberapa kasus radang tendon. Wilson dkk. berpendapat bahwa serat-serat otot yang sangat pendek tersebut melindungi baik tulang maupun tendon dari kerusakan akibat kelelahan-berlebih dengan meredam penuh getaran.
Singkatnya, pengamatan lebih dekat pada anatomi kuda mengungkap bahwa bagian-bagian tubuh yang dianggap tidak memiliki peran oleh para evolusionis, mempunyai peran yang sangat penting. Dengan kata lain, kemajuan ilmiah menunjukkan bahwa apa yang dianggap sebagai bukti evolusi ternyata merupakan bukti bagi perancangan.
Para evolusionis seharusnya mengambil petunjuk dari kenyataan ini, jika mereka mau. Ulasan berikut ini yang dimuat dalam majalah Nature terlihat masuk akal:
Wilson dkk. telah menemukan satu peran penting dari sebuah otot yang tampak sebagai sisa dari sebuah bagian yang telah kehilangan kegunaannya selama berlansungnya peristiwa evolusi. Penelitian mereka membuat kita bertanya-tanya apakah organ-organ sisa lain (seperti usus buntu manusia) terlihat pula tidak memiliki kegunaan.

PENUTUP
Teori evolusi menyatakan bahwa kehidupan adalah hasil karya peristiwa “kebetulan”. Akan tetapi, seluruh bukti ilmiah yang telah diuraikan dalam makalah ini menunjukkan ketidakbenarannya. Kehidupan diciptakan dengan rancangan yang terlalu sempurna untuk dapat diterangkan melalui peristiwa kebetulan.
Kepercayaan terhadap peristiwa “kebetulan” ini lahir pada abad ke-19 ketika terdapat keyakinan bahwa makhluk hidup memiliki struktur sederhana. Kepercayaan ini kemudian terbawa sampai abad ke-20 untuk tujuan ideologis. Namun, kini masyarakat ilmiah mengakui betapa pernyataan ini ternyata tidak masuk akal, dan sejumlah besar ilmuwan mengakui kehidupan sebagai hasil karya Pencipta yang Maha Kuasa. Chandra Wickramashinge menggambarkan kenyataan yang dihadapinya sebagai ilmuwan yang selama bertahun-tahun telah diindoktrinasi untuk percaya pada mitos “kebetulan”.
Tak seorang pun terlahir ke dunia ini secara kebetulan. Allah, Penguasa seluruh alam, menciptakan seluruh jagat raya dan semua manusia.

REFERENSI

Yahya, Harun. 2002. Menyibak tabir evolusi. PT. Globalmedia Cipta Publishing; Jakarta
Yahya, Harun. 2003. Runtuhnya Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan. www.islamic-books.com
Yahya, harun. 2003. Satu Bantahan Lagi terhadap Dongeng tentang Organ Sisa. www.islamic-books.com





Jumat, 01 April 2011

ROTASI BUMI

Aktifitas bumi berputar pada porosnya dikenal dengan rotasi bumi. Berikut pengaruh yang ditimbulkan dari rotasi bumi:
1.       Peredaran semu harian
Waktu yang dibutuhkan oleh gerakan semu bintang-bintang di langit dari kedudukan kulminasi atas sampai kedudukan yang sama pada hari berikutnya memerlukan waktu 23 jam 56 menit (24 jam kurang 4 menit). Dengan demikian sebenarnya rotasi bumilah yang memerlukan waktu selama 23 jam 56 menit.
Keliling bumi di katulistiwa sebesar 40.000 km. Jika satu kali rotasi membutuhkan 24 jam (kurang 4 menit) maka kecepatan rotasi digaris khatulistiwa adalah 40.000 : 24 = 1667 km/jam.
Bintang memerlukan waktu 1 kali peredaran semu yang disebut satu hari bintang atau periode peredaran semu.
2.       Peristiwa siang-malam dan perbedaan waktu
Perputaran bumi menyebabkan terjadinya siang dan malam. Saat bumi menghadap matahari maka saat itu disebut siang. Bila bagian bumi membelakangi matahari maka disebut dengan malam.
Terdapat perbedaan waktu di tempat-tempat yang berbeda merediannya. Setiap 1 derajat jarak dua garis  meridian yang berurutan, waktunya berbeda 4 menit atau tiap 15 derajat berbeda 1 jam. Atas dasar inilah disusun pembagian daerah waktu di dunia. Diseluruh permukaan bumi, terdapat 24 daerah waktu. Tiap dua daerah waktu yang berdampingan berselisih waktu 1 jam.
Zona-zona waktu di seluruh dunia berpangkal pada daerah waktu meridian 0o yang dikenal dengan nama Greenwich Mean Time (GMT).

Indonesia yang letaknya memanjang antara 95oBT – 141oBT dibagi atas 3 daerah waktu sebagai berikut:
a.       Waktu Indonesia Barat (WIB)
Meliputi: NAD (Nangroe Aceh Darussalam), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Serang (Banten), Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. WIB berpangkal pada waktu meridian 105oBT. Sehingga mempunyai selisih waktu sekitar 7 jam (WIB= GMT+ 7 jam).
b.      Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA)
Meliputi: Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Bali, Busa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur. WITA berpangkal pada waktu meridian 120oBT, dan memiliki selisih waktu dengan GMT sekitar 8 jam (WITA= GMT + 8 jam).
c.       Waktu Indonesia bagian Timur (WIT)
Meliputi: Papua, dan Maluku. WIT berpangkal pada meridian 135oBT, memiliki selisih waktu dengan GMT sekitar 9 jam (WIT = GMT + 9 jam)
Selain perbedaan waktu, rotasi bumi juga menyebabkan perubahan hari auatu tanggal. Perubahan hari atau tanggal itu terjadi pada garis bujur 180oBT. Perhatikan gambar garis berikut ini:

Dengan demikian jika sebelah kiri garis bujur 180oBB masih hari Minggu, maka garis sebelah kanan bujur 180o BT sudah hari Senin.